Saint Petersburg – Ketika mendengar kata Rusia, sebagian orang mungkin masih terbersit tentang Uni Soviet, negara eks komunis atau atheis. Padahal populasi umat Islam Rusia diperkirakan berjumlah 28 juta orang diantara sekitar 143 juta penduduk. Terbesar kedua setelah agama Kristen Ortodoks.
Umat Islam Rusia sebagian besar Sunni –bermazhab Hanafi– dengan 5 persen diantaranya Syiah. Tradisi sufi seperti tarekat Naqsyabandiyah dan Syadziliyah juga berkembang pesat di tengah masyarakat muslim Rusia.
Berbeda dengan di beberapa negara Eropa yang sebagian besar kaum muslimnya adalah pendatang atau imigran, mayoritas muslim Rusia adalah penduduk asli Rusia. Islam merupakan bagian dari sejarah Rusia, mengingat kerajaan Islam pernah berkembang di Rusia pada abad ke-8 Masehi. Sebelum dikalahkan oleh Kekaisaran Rusia.
Pada masa Kekaisaran Rusia, umat Islam mengalami berbagai tekanan dalam melakukan ibadah serta penyebaran agama. Kondisi tersebut diperparah dengan pelarangan aktivitas keagamaan dibawah pemerintahan komunis Uni Soviet.
Pada masa itu, umat beragama termasuk umat Islam mengalami penindasan dan tekanan yang luar biasa kejam. Banyak tempat-tempat ibadah seperti Masjid dan Gereja ditutup dan berubah fungsi termasuk Masjid Biru Saint Petersburg.
Paska runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada tahun 1991, Islam kembali berkembang dan umat Islam dapat kembali melakukan aktivitas ibadah dan pengajaran ajaran Islam.
Saat ini komunitas muslim Rusia sebagian besar berdiam di beberapa republik (negara bagian) di kawasan Volga-Ural dan Kaukasus Utara. Islam juga tumbuh dengan pesat di kota-kota besar seperti Moskow dan Saint Petersburg.
Pada akhir bulan Juni 2012 yang lalu, saya berkesempatan berkunjung ke kota Saint Petersburg dalam rangka sidang ke-36 Komite Warisan Dunia Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Sidang yang dihadiri lebih dari 600 orang delegasi tersebut mendiskusikan upaya perlindungan berbagai situs warisan dunia.
Komite secara aklamasi menyetujui sistem pengairan Subak dari Bali sebagai salah satu warisan dunia. Sistem pengairan Subak yang terdiri dari 1.200 jaringan selama berabad-abad tetap terjaga dengan baik.
Saint Petersburg adalah kota terbesar kedua di Rusia dengan penduduk hampir 5 juta jiwa dan merupakan ibukota Rusia sebelum dipindahkan ke Moskow pada era pemerintahan Uni Soviet. Kota yang dikenal pada era komunis sebagai Leningrad ini adalah kota yang sangat indah.
Sebagian besar penduduknya mengandalkan transportasi kereta api bawah tanah atau dikenal dengan “Metro” untuk menuju tempat kerja dan pusat perbelanjaan di berbagai sudut kota. Jalur-jalur kereta ini berada sekitar hampir 1 kilo meter di bawah tanah. Pada jam-jam sibuk, lift-lift penuh dengan penumpang yang turun ke stasiun bawah tanah.
Tidak mengherankan apabila jalan-jalan besar di Saint Petersburg terlihat lengang dan sepi karena penduduknya bergerak di bawah tanah. Sudut-sudut kota yang terlihat ramai hanya berada di sekitar stasiun kereta “Metro” dan kawasan bisnis.
Kota tujuan wisata yang dikenal dengan “Venesia dari Timur” ini didukung dengan jaringan pengendali banjir berupa jaringan kanal tempat para wisatawan menghabiskan liburan dengan kapal-kapal pesiar besar dan kecil.
Saat berkunjung ke kota Saint Petersburg, pada tahun 1950an Presiden Sukarno pernah menyelamatkan sebuah masjid yang indah “Masjid Biru” dari kehancuran. Jasa Bung Karno ini terus dikenang oleh masyarakat muslim Saint Petersburg hingga saat ini. Sebuah ukiran kaligrafi dari kayu khas Jepara –hadiah dari Presiden Megawati Soekarnoputri– terpasang di dinding dekat mihrab. Sebagai bukti ikatan emosional Indonesia dan Rusia.
Saint Petersburg, Juni 2012