Kongkow Bersama Bu Nyai Zumrotun Nasihah Ketua PC Muslimat NU Trenggalek

Trenggalek –  Pagi itu,  Selasa, 12 Juli 2017, cuaca di sekitar Pondok Pesantren Qomarul Hidayah, cerah sejuk asri dan nyaman. Dari dalam ruang-ruang kelas tak jauh dari masjid terdengar sayup-sayup, para santri  melantunkan surat-surat pendek kitab suci Al Qur’an, lalaran nadzom Imrithi dan Alfiyah Ibnu Malik. Sebagian santri mengaji di serambi masjid yang didirikan oleh almarhum KH. Murdiyah sekitar tahun 1920 .

Sekitar 20 meter dari Masjid, berdiri rumah kediaman (jawa: dalem) Abah KH. Cholil Madjid selaku pengasuh dan pimpinan pondok. Saya  ngobrol dan diskusi santai bersama Hj. Zumrotun Nasihah, Ketua PC Muslimat NU Trenggalek.

Sambil ditemani putriku,  kamipun berbicara soal perkembangan pondok dan kegiatan beliau selaku Ketua PC  Muslimat NU.

“Apa pun tugas dan kegiatannya selama Abah memberikan lampu hijau saya akan laksanakan, dalam membangun Muslimat yang lebih baik, ” tegas Bu Nyai Zumrotun Nasihah.

“Tanpa ijin suami, Abah Kyai Cholil Madjid,  saya tidak berani menjalankan amanat sebagai Ketua PC Muslimat NU,” ujar Bu Nyai Nas, demikian beliau akrab dipanggil.

Di sela-sela obrolan ringan bersama saya tersebut, Bu Nyai Nas membawakan air zam zam, oleh-oleh beliau dan Abah dari melaksanakan ibadah umroh pada bulan Ramadhan 2017 yang lalu. “ini lho Mal air zam zam, cuma bawa dikit,  yang penting semua kebagian dan semoga berkah diminumnya,” ucapnya padaku.

Sebelum aku minum,  Abah Kyai membacakan doa untuk saya, putri dan keponakan. “Al Fatihah,” demikian Abah Kyai memulai doa dan akupun langsung angkat kedua tangan sambil mengucapkan amin, amin.

Tak terasa dua jam lebih aku ngobrol dan diskusi dengan mantan Ketua Muslimat Kecamatan Tugu, Trenggalek. Tiga gelas air mineral serta satu cangkir kopi hitam dan makan ringan yang dihidangkan di meja habis saya santap . “Hee hee, maklum laper belum sarapan pagi,” ucapku dalam hati.

Secara organisasi, sosok Bu Nyai Nas merupakan kader Muslimat NU yang merintis dari bawah. Mulai dari aktivis tingkat ranting,  kecamatan, hingga tingkat Kabupaten.

Sangat jelas kalau beliau bukan kader yang “ujuk-ujuk” atau bahasa lain “tiba-tiba” menjabat menjadi ketua PC Muslimat NU Trenggalek. Kota yang terkenal sebagai penghasil tiwul di Jawa Timur ini.

Dalam kesehariannya Bu Nyai Zumrotun Nasihah  adalah seorang ibu dengan lima orang putra dan dua orang putri. Setiap hari, beliau selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk selalu berkomunikasi dengan para putra dan putrinya. Meski kadang hanya sebentar.

Tak segan dan tak sungkan beliau selalu memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat bagi para santri. “Lha aku kan ibu dari semua santri Qomarul Hidayah. Jadi sudah seharusnya aku memberikan masukan buat mereka semua,” tegas Bu Nyai Nas kepadaku.

Selaku penanggung jawab  Pengurus Cabang Muslimat Kabupaten Trenggalek, dirinya berharap kedepan para kader Muslimat di wilayah Kabupaten Trenggalek Jawa Timur yang rata rata berpendidikan SD,  MI atau paling tinggi MA atau SMU bisa sinergi dengan pamong setempat dan bisa bekerja sama demi kemajuan wilayahnya.

“Untuk meningkatkan taraf hidup, kader Muslimat NU Trenggalek harus mampu berkiprah di masyarakat.  Kalau perlu, bersaing secara sehat dengan organisasi perempuan setempat baik itu di tingkat kecamatan atau desa,” lanjutnya.

“Rata-rata kader Muslimat NU adalah ibu rumah tangga dan petani,” tutur Bu Nyai Nas, sapaan akrab beliau. “Makanya saya selalu berusaha memberikan masukan atau info-info yang baik dan bagus buat para kader Muslimat NU agar bisa sejajar dengan para ibu-ibu PKK,” tuturnya lebih lanjut.

Menurut beliau, semenjak di bawah kepimpinan Hj.  Khofifah Indah Parawansa, Ketua Pusat Muslimat NU,  perkembangan informasi untuk kemajuan para kaum ibu ibu Nahdiyin lebih pesat.

Meski jadwal kesehariannya padat dalam mengawasi para santri putra dan putri yang bernaung di Pondok Pesantren Qomarul Hidayah,  beliau tetap istiqomah membangun,  menggerakkan  dan memberikan motivasi kepada para kader-kader Muslimat NU yang tersebar di 14 Kecamatan yang berada di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Akhirnya obrolan kami pun terhenti saat ada tamu datang dari karyawan Bank BNI Cabang Tulungagung. Sayapun izin pamit kepada beliau dan Abah Kyai Cholil Madjid. Terima kasih Bu Nyai Nas atas pencerahan yang diberikan. (AKMAL)

Yaumil Akmal, alumni PPQH

Sumber: https://www.mediatransparancy.com

(Visited 298 times, 1 visits today)