Alhamdulillah hari ini, untuk kedua kalinya, saya bisa shalat tarawih di Masjid komunitas Muslim Albania-Australia. Masjid dengan menara lancip, berciri khas turki tersebut berada sekitar 3 kilo meter dari University of Melbourne, tempat saya belajar. Pada bulan Juni yang lalu, masjid tertua di Melbourne ini genap berusia 50 tahun.
Walaupun waktu isya mulai pukul 6.48 malam, namun shalat isya baru dimulai pukul 8 malam. Sambil menunggu berkumpulnya jamaah, imam masjid menyampaikan pengajian dalam dua bahasa -Albania dan Inggris- mulai pukul 7.30.
Ketika terdengar alunan sholawat pada setiap selesai 2 rakaat shalat tarawih dan sebelum shalat witir, terasa sekalisuasana seperti tarawih di tanah air.
Ceramah kali ini mengangkat kisah sahabat Bilal Bin Rabah Radhiyallahu ‘Anh, salah satu generasi pertama Islam atau dikenal dengan sebutan “Assabiqunal Awwalun”.
Imam masjid mengulas tentang betapa berat perjuangan dan penderitaan sahabat Bilal mempertahankankeimanan. Ketika disiksa oleh majikannya, yang keluar dari mulut Beliau adalah”Allahu Ahad” “Allahu Ahad”. Tidak pernah sepatah katapun mengeluh. Beliau akhirnya dibebaskan setelah sahabat Abu Bakar SiddiqRadhiyallahu ‘Anhu membayar sejumlah tebusan.
Imam cukup panjang lebar mengulas perjuangan sahabat Bilal, sahabat dekatRasulallah dan Muadzin pertama umat Islam. Dikisahkan bahwa setelah NabiMuhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam wafat. Sebagian para sahabat meninggalkankota Madinah untuk berdakwah ke berbagai daerah seperti ke Basrah, Kufah, Kairodan Damaskus. Sahabat Bilal kemudian pindah dan menetap di kota Damaskus (Ibukota Suriah saat ini).
Pada suatu ketika, jauh setelah wafatnya Rasulallah. Sahabat Bilal tertidurdibawah sebuah pohon di kota Damaskus. Dalam mimpinya, beliau bertemu BagindaRasulullah. Rasulullah berkata kepada: “Wahai Bilal, sudah lama kitaberpisah, aku rindu kepadamu”.
Bilal terperanjat dan langsung bangun dari tidurnya. Tanpa persiapan apapun, beliau langsung berangkat ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasulullah.
Setibanya di Madinah, pada suatu senja para sahabat nabi dan penduduk Madinah meminta agar sahabat Bilal mengumandangkan Adzan di Masjid Nabawi. Berkali-kali dibujuk agar menjadi muadzin, beliau tetap kukuh tidak mau.
Akhirnya datanglahkedua cucu tercinta Rasulullah, Hasan dan Husein. Keduanya meminta Bilal untukbersedia menjadi muadzin. Mendengar permohonan kedua cucu yang sangat disayangi Rasulullah tersebut, akhirnya beliau luluh dan bersedia mengumandangkan adzan.
Kota Madinah bergetar ketika suara emas sahabat Rasulullah tersebut terdengardiseluruh penjuru kota. Kumandang adzan muadzin Rasulallah tersebut membuatseluruh penduduk Madinah terharu, teringat kembali kenangan ketika Rasulullahmasih hidup.
Namun pada saat Bilal sampai pada kalimat ” Asyhadu AnnaMuhammadarrasulullah”, suara beliau tercekat dan terhenti sejenak. Beliau menangis tersedu-sedu. Teringat kekasih tercinta Rasulullah Shalallahu AlaihiWasallam.
Baru kemudian diketahui, sahabat Bilal tidak bersedia lagi menjadi muadzin setelah wafatnya Rasulullah karena setiap menyebut nama Rasulullah Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam, selalu tidak kuat menahan tangis terharu. Teringatjunjungan, kekasih tercinta, nabi akhir zaman, Rasulullah Shalallahu AlaihiWasallam.
Terakhir kali sahabat Bilal mengumandangkan adzan adalah ketika Khalifah UmarBin Khattab berkunjung ke Damaskus. Sahabat Umar menangis terharu ketika mendengar Bilal mengumandangkan adzan. Beliau teringat masa-masa bersama junjungan,pemberi syafaat, Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam.
Sahabat Bilal selanjutnya menetap sampai wafatnya di kota Damaskus. Makam Beliau sampai saat masih terawat dengan baik di tengah kota Damaskus. Pada tahun 2009, Alhamdulillah penulis mendapatkan kesempatan berziarah ke makam beliau di Damaskus.
Untuk kita renungkan bersama. Sering ketika membaca surat Al-Ikhlas kita lupa betapa berat perjuangan para pejuang Islam terdahulu, para sahabat dalam menegakkan kalimah tauhid.
Sering ketika kita mendengar nama Nabi Muhammad disebut, tapi kita diam seribu bahasa, tidak membals dengan ucapkan shalawat “Allahumma Shalli Alaihi” atau”Shalallahu Alaihi Wasallam”.
Begitu mulianya seruan shalat, tapi sering kita lupa menjawab panggilan adzan. Sering kita terlena dengan rutinitas.
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Melbourne, 15 Juli 2013
Alumni PPQH